Rashidi Yekini
Rashidi Yekini mengawali karir profesionalnya di Nigeria pada tahun 1989 dengan klub UNTL Kaduna. Di level klub, ia juga pernah memperkuat klub-klub seperti Olimpiakos (Yunani), Vitoria Setubal (Portugal), Sporting Gijon (Spanyol) serta Zurich (Swiss). Ia merupakan seorang pencetak gol yang sangat produktif di masanya dan sempat menjadi top skorer di Liga Portugal dengan 34 gol dalam 32 pertandingan di musim 1993-94. Yekini dengan konsisten mencetak gol dan memecahkan banyak rekor sepanjang 24 tahun karirnya.
37 gol yang dicetak Yekini dalam 70 pertandingan masih menjadi rekor untuk the Super Eagles sampai saat ini, masih belum ada yang bisa menyainginya, bahkan mendekatinya karena pencetak gol terbanyak di urutan kedua saat ini berselisih 15 gol dengannya. Yekini adalah pencetak gol pertama Nigeria di Piala Dunia dan berhasil memainkan peranan penting ketika ia membawa negaranya menjuarai Africa Cup of Nations 1994. Ia mengakhiri AFCON 1994 sebagai pencetak gol terbanyak saat itu.
Sayangnya, Nigeria harus kehilangan salah satu pemain terbaik yang pernah mereka miliki di tahun 2012. Yekini tutup usia di Ibadan (sebuah kota di Nigeria) pada usia 48 tahun setelah ia dikabarkan mengalami sakit dalam waktu yang cukup lama.
Gabriel Batistuta
Pada tahun 1991, Gabriel Batistuta terpilih untuk memperkuat Argentina di Copa America yang berlangsung di Chili, dimana ia mengakhiri turnamen tersebut sebagai top skorer dengan enam gol. Di tahun 1993, Batistuta tampil di Copa America-nya yang kedua, kali ini berlangsung di Ekuador. Argentina kembali menjuarai turnamen itu dan Batistuta mencetak dua gol dalam pertandingan final kontra Meksiko yang berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk Argentina.
Di Piala Dunia 1994 Amerika Serikat, Argentina tampil mengecewakan. Setelah tampil meyakinkan di awal turnamen, mereka dikalahkan oleh Rumania di babak 16 besar. Moral tim saat itu benar-benar terganggu karena Diego Maradona terkena suspensi. Meski negaranya tampil buruk, Batistuta mencetak empat gol dalam empat pertandingan saat itu, termasuk sebuah hat-trick di pertandingan pembuka melawan Yunani.
Selama babak kualifikasi Piala Dunia 1998 (di bawah asuhan pelatih Daniel Passarella), Batistuta tidak banyak mendapatkan kesempatan bermain karena ia berselisih dengan pelatihnya. Keduanya akhirnya berdamai dan Batistuta kembali dipanggil untuk memperkuat La Albiceleste di Piala Dunia pada tahun yang sama. Dalam pertandingan menghadapi Jamaika, ia mencatatkan hat-trick keduanya di Piala Dunia dan menjadi pemain keempat yang bisa mencapai pencapaian tersebut (tiga pemain lainnya adalah Sándor Kocsis, Just Fontaine dan Gerd Müller), perbedaan dari ketiga pemain lainnya adalah Batistuta mencetak dua hat-trick di dua Piala Dunia yang berbeda. Argentina gugur dari Piala Dunia setelah dikalahkan Belanda dengan skor 2-1.
Setelah beberapa kali tampil impresif bersama tim nasional di babak kualfikasi Piala Dunia 2002, harapan pendukung Argentina untuk menyaksikan negaranya meraih kesuksesan saat itu pun semakin meninggi, dan Batistuta mengumumkan kalau ia berencana untuk mengakhiri karirnya di tim nasional setelah turnamen empat tahunan tersebut berakhir. Tetapi “group of death” yang didapat La Albiceleste membuat mereka gugur di awal turnamen. Mereka hanya meraih kemenangan atas Nigeria (dengan satu gol dari Batistuta), lalu kalah dari Inggris 1-0 dan meraih hasil imbang 1-1 kontra Swedia. Kegagalan mereka di babak grup saat itu menjadi yang pertama kali sejak tahun 1962.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar