Minggu, 06 Juli 2014

Mengenal Lebih Dekat Memphis Depay Jelang Laga Belanda Kontra Argentina (Part 2)



Brasil, SunduL - Menggunakan rasa sakit sebagai motivasinya, Depay mulai berfokus ke sepak bola. Di usianya yang ke-16, ia dipanggil untuk memperkuat Belanda di level U-17, dan ia menjadi bagian dari skuat Belanda U-17 yang menjuarai Euro U-17 di tahun 2011 lalu. Depay mencetak gol di final saat negaranya mengalahkan Jerman dengan skor 5-2. Kemudian Depay mencetak gol dalam debutnya bersama PSV di tahun 2011 - gol pembuka dalam kemenangan 8-0 atas VVSB Noordwijkerhout di Piala Belanda, dimana PSV berhasil menjuarainya tahun itu. Kemudian Depay kembali mencetak gol, kali ini ia mencetak dua gol dalam pertandingan pertamanya sebagai pesepakbola profesional. Ia masih berusia 17 tahun saat itu.

Debutnya di Eredivisie Belanda datang ketika ia berusia 18 tahun, tepatnya dalam pertandingan menghadapi Feyenoord yang berakhir dengan kemenangan 3-2 untuk PSV di tahun 2012, tetapi Depay hanya bermain di injury time saat itu. Pelatih PSV Philip Cocu memberikannya kesempatan selama 11 menit untuk bermain dalam kemenangan 5-1 atas Heerenveen. Depay mencetak gol setelah ia enam menit dimasukkan.

Seorang pemain sayap yang cepat, memiliki banyak trik dan tendangan jarak jauh yang cukup baik, Depay sampai saat ini sudah mencetak 22 gol dalam 84 pertandingan bersama PSV, dan ia sekarang sudah mencetak dua gol dalam delapan pertandingan bersama Oranje. Sama seperti warna baju tim nasional Belanda, masa depannya saat ini terlihat sangat cerah.

Kelebihan

Seperti yang ditunjukannya ketika ia mencetak gol menghadapi Australia di Piala Dunia, Depay adalah seorang winger yang memiliki kaki kanan yang kuat. Jika anda memberikannya sedikit saja ruang untuk membalikkan badan dan melepaskan tendangan dari jarak jauh, ia akan menghukum anda. Hal ini juga bisa dilihat ketika ia mencetak gol-gol saat menghadapi Zulte-Waregem dan Chernomorets Odessa di kualifikasi Champions League. Depay mencetak gol-gol dari luar kotak penalti dalam dua pertandingan tersebut.

Selain memiliki tendangan jarak jauh yang baik, ia juga memiliki kemampuan dribble bola yang mumpuni. Tidak ada satu pun pemain yang meraih dribbles per game lebih tinggi darinya di Eredivisie musim lalu. Depay bisa bermain di sayap kiri dan kanan, tetapi ia lebih sering dimainkan di sisi kiri karena ia bisa memotong ke dalam dan melepaskan tendangan dari luar kotak penalti menggunakan kaki kanannya. Jika dilihat dari cara bermainnya saat ini, ia mungkin akan menjadi seorang gelandang serang di masa mendatang.

Pemain dengan tinggi 176 sentimeter ini juga memiliki fisik yang kuat dan kecepatan dalam berlari, dan kedua hal tersebut tentu menjadi alasan mengapa Louis van Gaal lebih memilih Depay dibanding pemain-pemain seperti Quincy Promes dan Jean-Paul Boetius yang juga sama-sama pemain sayap. Dalam sebuah pertandingan persahabatan menghadapi Perancis, Depay dimainkan dari bangku cadangan dan ia tampil energik ketika harus berhadapan dengan Mathieu Debuchy. Depay bahkan beberapa kali melewati bek Newcastle tersebut di sisi kanan Les Bleus dengan kemampuan dribble dan kecepatannya. Ia mencetak 12 gol dan memberikan tujuh assists di musim pertamanya bermain sebagai pemain utama di Eredivisie. Depay juga memiliki visi bermain yang cukup baik. Hal itu bisa dilihat dari statistik yang mencatat kalau ia melakukan rata-rata 2.7 operan kunci setiap pertandingan di Eredivisie.

Secara mental, Depay memiliki mental yang sangat kuat. Ia memiliki komitmen untuk mencapai tingkatan terbaik meski usianya masih sangat muda. "Saya selalu ingin menang setiap saat," ujarnya. "Jika saya kalah, maka hari saya hancur." Ia memiliki tato dengan kata-kata 'dream chaser' di dadanya, kata-kata yang juga menjadi acuannya selama ini. "Ketika saya melihat di kaca, saya menjadi termotivasi karena saya tahu kalau saya belum berada di tempat yang saya inginkan."

Kelemahan

Di usianya yang ke-20, ada satu masalah yang masih menjadi kekurangannya. Ia kurang bijak dalam membuat keputusan ketika bermain. Ia belum bisa mengetahui kapan waktunya untuk melepaskan tendangan, kapan harus menghadapi bek lawan satu lawan satu dan kapan harus melakukan operan ke rekan setimnya. Tendangannya juga tidak selalu akurat dan ia terkadang terlihat terlalu memaksakan diri, tetapi tentu saja ia masih memperbaikinya. Konsistensi dan efisiensi yang lebih baik akan membuatnya disejajarkan dengan pemain-pemain muda terbaik Eropa jika ada yang menganggap kalau saat ini belum meraih status itu.


Sumber :


image image image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar